Senin, 06 April 2015

Biodata Pemain Sinetron Arjuna MNCTV dan Sinopsis

Biodata Pemain Sinetron Arjuna MNCTV dan Sinopsis - Satu lagi sinetron yang baru-baru ini tayang di MNCTV yang mana menceritakan tentang kisah Pandawa dan Kurawa. Setelah sebelumnya ANTV juga membuat sebuah drama serial Shakuntala, nampaknya MNCTV tak mau kalah dengan menghadirkan sinetron terbarunya 'Arjuna'. Sinetron produksi MD Entertainment ini dibintangi oleh beberapa artis pilihan yang memang sudah berkompeten di bidang akting yang mana akan saya bagikan biodatanya dibawah ini nanti.

Biodata Pemain Sinetron Arjuna MNCTV dan Sinopsis

Masyarakat Indonesia sangat antusias dengan hadirnya sinetron terbaru MNCTV ini, karena selain mengangkat cerita yang menarik juga banyak pesan amanat yang disampaikan kepada para pemirsa yang menyaksikan. Nah kalau kalian sudah pensaran bagaimana selengkapnya sinopsis dari sinetron Arjuna ini, yuk langsung saja kita simak yang berikut ini.

Biodata Pemain Sinetron Arjuna

  • Rico Verald berperan sebagai Arjuna
  • David Chalik berperan sebagai Yudhistira
  • Agung Saga berperan sebagai Nakula
  • Ario Gumilang berperan sebagai Sadewa
  • Puadin Redi berperan sebagai Bima
  • Choky Andriano sebagai Duryudana
  • Dewi Octaviany berperan sebagai Subadra
  • Fitri Ayu Maresa berperan sebagai Drupadi
  • Ririn Dwi Ariyanti sebagai Sembrada
  • Barry Prima sebagai Bisma
  • Dian Sidiq sebagai Karna
  • Dan masih banyak lainnya

Sinopsis Sinetron Arjuna

Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa. Pertempuran antara Pandawa Lima dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan saudara, karena Pandawa Lima memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura yang di kuasai oleh para Kurawa (Prabu Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang berjumlah seratus). Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti, sedangkan Nakula dengan nama kecilnya Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim. Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima, putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara sah. Rencana penyerahan tahta Hastinapura ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai kelaknya hanya tinggal rencana saja, karena rencana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari, istri Destarastra yang sangat ambisius, apalagi ambisi Dewi Gendari didukung oleh adiknya Harya Suman alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki dan sirik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah dihasut dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, sirik, dsb. Patih Harya Suman alias Sengkuni sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam membentuk anggapan bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya, karena itu harus disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris sah atas tahta Hastinapura. Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna (Druna) dan Resi Krepa, tetapi permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk menjadi rukun, bahkan semakin menjadi-jadi. Pandawa Lima selalu lebih unggul dalam keterampilan olah senjata dan olah krida daripada para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibidang sastra dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan olah pedang, sedangkan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru karena masih terlalu kecil. Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa. Dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima, terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana (adik Suyudhana), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka. Suatu saat Bima yang sangat rakus, dalam makanannya diberi racun oleh Kurawa, setelah Bima tidak sadarkan diri kemudian dibuang kedalam sumur Jalatunda yang berisi penuh dengan ular beracun ganas. Karena pertolongan Batara Dadungnala, Bima dapat selamat dan sejak itu Bima menjadi kebal terhadap segala macam racun betapapun ganasnya racun tersebut. Mengetahui usahanya menyingkirkan Bima gagal, maka Kurawa berusaha lagi untuk menyingkirkan Pandawa Lima dengan cara membakar bale Sigala-gala tempat menginap para Putra Pandu dan Ibunya Dewi Kunti, tetapi usaha itupun gagal lagi, karena Putra Pandu memperoleh pertolongan dari Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga dan Yama Widura. Untuk mencegah Pandawa Lima dan para Sata Kurawa agar tidak terjadi sengketa terus menerus, para tetua mereka terutama Resi Bisma dan Yama Widura, menganjurkan kepada Destarastra agar Pandawa Lima diberi hutan Kandawaprastha atau Wanamarta. Saran tersebut diikuti oleh Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa Lima. Dalam waktu singkat Pandawa Lima yang dibantu oleh beberapa Dewa dan sahabat sahabatnya, berhasil merubah hutan belantara menjadi sebuah kerajaan yang besar dengan nama Amerta dan Indraprasta sebagai ibukotanya. Semakin lama Amerta menjadi semakin maju, kerajaannya menjadi semakin besar dan kuat, banyak kerajaan kecil-kecil bergabung berkat perjuangan Bima dan Arjuna. Sebagai pernyataan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta Jagad Raya ini, maka para pembesar Kerajaan Amarta mengadakan syukuran, sesaji kepada Raja Suya dan para Kurawapun diundang untuk menghadiri upacara sesaji itu. Dalam pelaksanaan upacara sesaji tersebut, terdapat keributan antara Prabu Kresna dengan Prabu Si Supala, berakhir dengan meninggalnya Prabu Si Supala, tetapi tidak menggangu kelancaran jalannya upacara sesaji. Karena sudah mempunyai bibit rasa iri dan dengki pada Pandawa Lima, maka Kurawa menilai bahwa upacara tersebut merupakan pameran kekuatan Pandawa Lima. Hal demikian dimanfaatkan oleh Patih Sengkuni untuk mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara pada Pandawa Lima (Putra Pandu). Prabu Duryudhana atas nama Kurawa, mengundang Pendawa Lima untuk menghadiri pesta yang diadakan di kerajaan Hastinapura. Atas hal tersebut, para tetua Hastinapura seperti Prabu Destarastra, Resi Bisma dan Yama Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para Sata Kurawa telah berdamai dan bersahabat. Penilaian tetua Hastinapura ternyata meleset, karena undangan Kurawa hanya merupakan siasat untuk membuat sengsara Pandawa Lima. Waktu itu Pandawa Lima diajak minum minuman yang memabukkan sampai mabuk dan dalam kondisi mabuk itulah Pandawa Lima diajak main judi. Pandawa Lima diwakili oleh Yudistira dan Hastinapura diwakili oleh Patih Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan judi tersebut Pandawa Lima dikalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa. Judi dan mabuk-mabukan sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa. Awalnya Pandawa Lima sering dimenangkan, tetapi setelah taruhan diperbesar dan merupakan target Para Kurawa, maka Pandawa Lima dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta dipertaruhkan dan dikalahkan, keadaan semakin panas, kemudian setelah adik-adiknya dan dirinya yang dijadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan pula. Dewi Drupadi waktu itu dikaputren kemudian diseret ke balairung, dipermalukan dan menarik rambutnya sampai terurai. Pada saat itulah Dewi Drupadi mengucapkan sumpahnya, bahwa ia tidak akan menyanggul rambutnya lagi, kecuali setelah keramas dengan darahnya Dursasana adik Prabu Duryudhana (Suyudhana), demikian juga Bima bersumpah, bahwa dalam perang Bharatajuda nanti akan membunuh Prabu Duryudhana (Suyudhana) dan meminum darahnya. Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi agak tertolong dengan campur tangannya tetua Hastinapura Resi Bisma dan Yama Widura. Dewi Drupadi diminta untuk diserahkan kepada Resi Bisma dan diberikan, untuk ini para Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin menikmati kemenangannya pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada Pandawa Lima oleh Resi Bisma. Atas kekalahan judi para Pandawa Lima, tetua Hastina mengambil kebijaksanaan dan jalan tengah, bahwa Pandawa Lima harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari Pandawa lima dapat dipergoki, maka mereka semua harus menjalani pembuangan ulang lagi selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun. Dewi Drupadi pun mengikuti para Pandawa Lima dalam menjalani hukuman pembuangan, sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa Lima tetap tinggal Kerajaan Hastinapura. Sebagian Istri dan anak-anaknya Raden Arjuna dititipkan di Kerajaan Cempalaradya, Dewi Wara Subadra dan sebagian lagi istri-istri Raden Arjuna dan anak-anaknya dititipkan di Kerajaan Dwarawati. Dalam masa menjalani hukum pembuangan, Raden Arjuna dan Bima memanfaatkan waktunya untuk memperdalam ilmunya dan mencari senjata pusaka. Bima bertemu dengan Anoman saudara tunggal Bayu yang mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya. Setelah Pandawa Lima menyelesaikan masa pembuangan 12 tahun lamanya, kemudian menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata. Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah dan tatanegara dengan nama Wijakangka, Bima sebagai jagal/penyembelih hewan dengan nama Jagal Abilawa, Arjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama Kandhi Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara kuda dengan nama Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi dayang istana dengan nama Sailandri atau Salindri. Disaat hari penyamaran Pandawa Lima berakhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan sekutu-sekutunya ke Kerajaan Wirata. Para Pandawa Lima tidak dapat tinggal diam ketika melihat kejadian penyerbuan yang telah mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan Wirata tempat mereka menyamar selama ini. Dengan ikutnya Pandawa turun ke medan perang, akibatnya para Sata Kurawa mengetahui penyamaran Pandawa Lima. Maka ketika diadakan perundingan untuk memulihkan hak Pandawa Lima atas Kerajaan Amarta dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa dengan alasan penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang kembali masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa penyamaran. Menurut perhitungan tetua Hastina, Pandawa Lima telah menjalani masa hukuman dengan sempurna, karena itu mereka harus dikembalikan hak-haknya termasuk setengahnya Kerajaan Hastinapura, namun hal demikian ditolak oleh Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dalam perundingan diwakili oleh Prabu Kresna sebagai duta Pandawa Lima. Karena perundingan damai mengalami kegagalan, maka pecahlah pertempuran untuk memperjuangkan haknya, masa pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan kemenangan Pandawa Lima, tetapi semua putra Pandawa Lima gugur di medan perang di Tegal Kurusetra. Yudistira dikenal sebagai sosok suci tanpa dosa, sedangkan Bima dan Arjuna dikenal sebagai sosok yang telah mencapai kesempurnaan diri, mengetahui sejatinya hidup. Bima waktu itu diperintah oleh Resi Druna untuk mencari air suci, maksudnya untuk mencelakakan Bima, tetapi sebaliknya Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberi wejangan tentang ilmu kasempurnaan hidup, Raden Harjuna memperoleh wejangan ilmu Hasta Brata dari Panembahan Kesawasidhi di Puncak gunung Suwelagiri Pertapaan Kutharunggu. Hasta Brata merupakan ilmu spiritual setingkat dengan air suci yang diperoleh Bima untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan sadar merupakan hari-hari untuk menyongsong saat kematian, setelah menobatkan Parikesit cucu Arjuna sebagai Raja Hastinapura, beberapa tahun kemudian Pandawa Lima mendaki ke puncak Gunung Himalaya, termasuk Dewi Drupadi untuk menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih. Pertama kali yang dijemput oleh Batara Yamadipati (Dewa penjemput nyawa) adalah Dewi Drupadi, dinilai paling banyak dosanya dibandingkan dengan kelima suaminya yakni Pandawa Lima. Pertama karena di hati kecilnya ia lebih mencintai Arjuna daripada dengan suaminya yang lain. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam, kata-katanya sering melukai hati orang lain, diantaranya adalah Narpati Basukarna (Adipati Karna), Prabu Duryudhana, Resi Druna/ Drona, Dursasana dan Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi Drupadi. Berikutnya giliran Sadewa yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena sering meremehkan atau memandang rendah orang lain termasuk kakak-kakaknya, meskipun hanya didalam hati saja dan tidak pernah diucapkan. Sadewa mempunyai ilmu aji Pranawa Jati yang dapat mengetahui kejadian yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa lalu yang pernah dialami. Setelah Sadewa giliran berikutnya kemudian adalah Nakula yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena meskipun diam sebenarnya di dalam hatinya Nakula selalu iri dan dengki kepada saudara-saudaranya terutama dengan Sadewa. Giliran berikutnya setelah Nakula adalah Arjuna yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena di dalam hati kecilnya Arjuna terlalu bangga dengan ketampanan yang dimilikinya dan merasa paling dibutuhkan atau paling penting dibanding dengan saudara-saudaranya. Bima giliran berikutnya dijemput oleh Batara Yamadipati, karena dinilai sering tidak dapat menahan nafsu amarahnya. Yudistira tidak dijemput oleh Batara Yamadipati dan tidak menemui ajalnya, ia berjalan sampai didepan pintu Surga dan dijemput oleh Batara Indra, diajak untuk masuk surga tetapi anjingnya dilarang masuk. Yudistira menolak masuk surga jika anjingnya tidak diperbolehkan masuk surga, karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai suatu kesetiaan. Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk ke surga jika anjing yang menunjukkan kesetiaannya dilarang masuk surga. Atas ucapan Yudistira yang menghargai kesetiaan, seketika itu juga anjing putih yang selalu menyertai perjalanan Pandawa Lima dengan setianya sejak dari Istana Hastinapura sampai ke pintu surga, berubah wujudnya menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya Yudistira yang sebenarnya. Kisah berakhir hidupnya para Putra Pandu, mengandung suatu petunjuk, bahwa Allah Maha Mengetahui segala-galanya, meskipun hanya didalam hati dan tidak pernah dikeluarkan atau dinyatakan kepada orang lain, Allah sudah mengetahui kebaikan atau kebathilan itu. Jalan hidup dan pegangan hidup para Putra Pandu yang kemudian dikenal dengan Pandawa Lima, tidak dapat dilepaskan dari punakawan Semar dan anak-anaknya yang tidak lain dari jelmaan Dewa Ismaya yang selalu memberi petunjuk dan bimbingan serta nasehat kepada para Putra Pandu. Nama-nama atau sebutan orang tua laki-laki selalu disertakan dalam memberi nama putra-putranya, seperti Pandawa Lima adalah keturunan Pan yaitu Pandu. Kurawa adalah keturunan Kuru, Drupadi adalah keturunan Drupada, Madrim adalah keturunan Raja Mandra dst. Yudistira dalam pewayangan adalah simbul atau lambang sosok yang suci, tidak mempunyai dosa dan diibaratkan darahnya berwarna putih tanpa noda sediktpun. Bima dalam pewayangan adalah simbol ketegasan dan keadilan serta kejujuran dalam menegakkan hukum, tidak pandang bulu, siapapun yang salah harus dihukum meskipun itu saudara maupun anaknya sendiri. Bima selalu menepati janjinya, bertubuh tinggi besar dan kokoh. Raden Arjuna adalah lambang atau simbol sosok tampan dan rupawan tetapi donyuan, banyak anak banyak istri tetapi semuanya rukun. Kisah-kisah pewayangan banyak mengandung ajaran-ajaran Falsafah yang bermakna spiritual tinggi, kata-kata Adiluhung yang memben untuk budi luhur dan pekerti/perbuatan mulia bangsa Indonesia."

Biodata Pemain Sinetron Arjuna MNCTV

Sinopsis Sinetron Arjuna MNCTV

Sinetron Arjuna MNCTV


Baca juga:
Biodata dan Sinopsis Drama Turki Elif
Biodata dan Sinopsis The Rain Series

Nah itulah selengkapnya mengenai biodata pemain sinetron arjuna dan sinopsisnya yang bisa saya bagikan buat kalian semua di rumah. Semoga bermanfaat dengan informasi yang dibagikan diatas. Update terus tentang sinetron kesayangan kalian cuman disini.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Biodata Pemain Sinetron Arjuna MNCTV dan Sinopsis

0 komentar:

Posting Komentar